About Me

Foto saya
Surabaya, Jawa Timur, Indonesia
banyak omong banyak kerja banyak baca banyak pengen tahu pokoknya banyak deh

Sabtu, 10 Juli 2010

Sedikit Tentang Max Weber

Max Weber

Max Weber lahir di Erfurt, Thuringia pada tahun 1864 dan meninggal di Munich pada 1920. Ada beberapa karya utama Webber, yakni : Methodological Essays (1902), The Protestan Ethic and the Spirit Of Capitalism(1902-4), Economy and Society (1910-1914), Sociology of Religion (1916).
Weber lahir dari keluarga kelas menengah, ayahnya adalah seorang birokrat yang menduduki posisi politik yang relatif penting sedangkan ibunya adalah serang calvinis yang sangat religius yang tidak banyak terlibat dalam kenikmatan duniawi. Keadaan rumah tangga orang tua Weber jauh dari kata damai dan kompak, perbedaan kedua orang tuanya cenderung memunculkan konflik dalam rumah tangga. Hal ini semakin menyulitkan Weber, karena Weber juga bingung menentukan pilihan hidupnya. Mula-mula ia lebih cenderung pada orientasi kehidupan ayahnya, namun kemudian ia lebih dekat dengan ibunya. Apa pun pilihannya, perbedaan kedua orang tua yang cukup mencolok pada akhirnya juga mempengaruhi kondisi psikis Weber.
Pada usia 18 tahun, Max Weber meninggalkan rumah dan melakukan studi di Universitas Heidelberg. Setelah tiga tahun, Weber meninggalkan kampusnya untuk mengikuti wajib militer, dan pada tahun 1884 kembali ke Berlin dan tinggal di rumah orang tuanya serta melanjutkan studinya di Universitas Berlin. Weber menetap di Berlin hampir selama 8 tahun dan dia juga mendapat gelar doktor di Universitas serta mengajar disana. Meski mendapat gelar doktor dan menjadi pengacara serta dosen, secara finansial Weber masih mengandalkan ayahnya, satu situasi yang tidak disukai olehnya.
Pada 1896 ia mendapat gelar profesor ekonomi dari Universitas Heidelberg, setahn kemudian ayahnya meninggal dunia setelah bertengkar hebat dengannya. Kejadian ini tidak lama kemudian meruntuhkan mental Weber. Sering kali ia tidak fokus dalam bekerja dan tidak dapat tidu, hampir sekitar 6-7 tahun dia mengalami kondisi seperti ini. Akhirnya pada 1903 kondisinya berangsur membaik pada 1904 ia kembali mengajar dan di tahun itu pula ia menerbitkan salah satu karyanya yang paling fenomenal yakni The Protestant Ethic adn the Spirit of Capitalism. Weber banyak menghabiskan waktu untuk mempelajari agama, namun secara pribadi ia tidak religius.
Sebelum meninggal pada 14 Juni 1920, ia tengah mengerjakan karya terpentingya yakni Economics and Society namun sayang tidak terselesaikan karena ajal terlanjur memanggilnya.
Teori Tindakan Sosial
Bagi Weber, dunia terwujud karena tindakan sosial. Manusia melakukan sesuatu karena mereka memutuskan untuk melakukannya dan ditujukan untuk mencapai apa yang mereka inginkan/kehendaki. Setelah memilih sasaran, mereka memperhitungkan keadaan, kemudian memilih tindakan.[1]
Sosiolog juga manusia, mengapresiasi lingkungan sosial di mana mereka berada, memperhatikan tujuan-tujuan warga masyarakat yang bersangkutan dan oleh sebab itu berupaya memahami tindakan mereka.[2]
Perhatian Webber pada teori-teori tindakan berorientasi tujuan dan motivasi pelaku, tidak berarti bahwa ia hanya tertarik pada kelompok kecil, dalam hal ini interaksi spesifik antar individu. Berbeda dengan Marx dan Durkheim yang memandang tugas mereka adalah mengungkapkan kecenderungan-kecenderungan dalam kehidupan sosial manusia dan lebih mengarah pada fungsionalisme dalam kehidupan masyarakat. Weber tidak sejalan dengan pandangan tersebut.  Namun sama halnya dengan Marx, Weber juga memperhatikan lintasan besar sejarah dan perubahan sosial. Dan yakin bahwa cara terbaik untuk memahami berbagai masyarakat adalah menghargai bentuk-bentuk tipikal tindakan yang menjadi ciri khasnya.
Weber berpendapat bahwa anda bisa membandingkan struktur beberapa masyarakat dengan memahami alasan-alasan mengapa warga masyarakat tersebut bertindak, kejadian historis (masa lalu) yang memengaruhi karakter mereka, dan memahami tindakan para pelakunya yang hidup di masa kini, tetapi tidak munngkin menggeneralisasi semua masyarakat atau semua struktur sosial.[3]
Weber memusatkan perhatiannya pada tindakan yang jelas-jelas melibatkan campur tangan proses pemikiran (dan tindakan bermakna yang ditimbulkan olehnya) antara terjadinya stimulus(pemacu, penggerak) dengan respon (reaksi).[4] Baginya tugas analisis sosiologi terdiri dari “penafsiran tindakan menurut makna subjektifnya” (Weber, 1921/1968: 8).
Dalam teori tindakannya, tujuan Weber tak lain adalah memfokuskan perhatian pada individu, pola dan reuglaritas tindakan, dan bukan pada kolektivitas.[5]
“Tindakan dalam pegertian orientasi perilaku yang dapat dipahami secara subjektif hanya hadir sebagai perilaku seorang atau beberapa orang manusia individual” (Weber, 1921/1968: 8).

Tipe-tipe Tindakan
                Weber menggunakan metodologi tipe idealnya untuk menjelaskan makna tindakan, dan mengklasifikasinya menjadi empat tipe tindakan dasar, yang dibedakan dalam konteks motif para pelakunya:
-          Tindakan Rasionalitas Sarana-Tujuan/Instrumental (beroreintasi tujuan/penggunaan)
Tindakan “yang ditentukan oleh harapan terhadap perilaku objek dalam lingkungan dan perilaku manusia lain; harapan-harapan ini digunakan sebagai ‘syarat’ atau ‘sarana’ untuk mencapai tujuan-tujuan aktor lewat upaya dan perhitungan yang rasional” (Weber, 1921/1968: 24).
Ex : Tindakan ini paling efisien untuk mencapai tujuan ini, dan inilah cara terbaik untuk mencapainya.
-          Tindakan Rasionalitas Nilai (berorientasi nilai)
Tindakan “yang ditentukan oleh keyakinan penuh kesadaran akan nilai perilaku-perilaku etis, estetis, religius atau bentuk perilaku lain, yang terlepas dari prospek keberhasilannya” (Weber, 1921/1968;24-25).
Ex : Yang saya tahu hanya melakukan ini.
-          Tindakan Afektif
Tindakan yang ditentukan oleh kondisi emosi aktor. Tindakan ini hanya mendapat sedikit perhatian dari Weber.
Ex : Apa boleh buat maka saya lakukan.
-          Tindakan Tradisional
Tindakan yang ditentukan oleh cara bertindak aktor yang sudah terbiasa dan lazim dilakukan.
Ex :  Saya melakukan ini karena saya selalu melakukannya.
Dari keempat tindakan itu, tentunya erat kaitannya dalam keseharian masyarakat hingga saat ini. Seperti tindakan tradisional misalnya, dimana kebiasan ini (tindakan) biasa kita lihat karena kebiasaan hidup masyarakat, salah satu contoh bisa kita ambil upacara adat atau kegiatan lainnya yang memang sudah biasa dilakukan oleh masyarakat.
Jika kita meliat dari tindakan afektif, pelaku/aktor/masyarakat seakan terpaksa melakukan sebuah tindakan, hal ini bisa dilaitkan mungkin dengan tidak adanya pilihan lain yang harus dilakukan atau adanya unsur tekanan dari pihak tertentu sehingga keterpaksaan pun dilakukan.
                Sedangkan pada rasionalitas nilai dan rasionalitas sarana-tujuan, lebih menekankan kepada orientasi yang ada didalam masyarakat, mulai dari nilai hingga tujuan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.

Tipe-tipe Ketidaksetaraan
Weber tidak mau mereduksi stratifikasi menjadi sekadar faktor ekonomi (atau kelas, menurut pengertian Weber), melainkan melihatnya sebagai sesuatu yang bersifat multidimensional. Masyarakat terstratifikasi menurut basis ekonomi, status dan kekuasaan. (George Ritzer, 2004;138).             Weber menolak konsep Marxis mengenai ketidaksetaraan kelas adalah hal yang terpenting. Baginya analisis komparatif dan historis membuktikan bahwa kelompok status yang mengandung prestis tertentu, dan partai (partai politik) yang memiliki pengaruh politik (partai penguasa) dapat menjadi sumber yang signifikan sebagai anggota kelas.[6]
                Dari beberapa kalimat diatas, ada 3 kata kunci yang sudah dipertebal yakni Kelas, Status dan Partai. Weber mempunyai pendapat mengenai 3 hal ini dan hubungannya dengan ketidaksetaraan. Seperti yang telah dituliskan diatas mengenai status dan partai yang dapat menjadi sumber yang signifikan sebagai anggota kelas. Dimana dari 2 hal tersebut bisa menjadi sumber yang paling utama dalam ketidaksetaraan.
                Berpegang pada konsep orientasi tindakannya, Weber menyatakan bahwa kelas bukanlah komunitas, kelas adalah sekelompok orang yang bersama mereka dapat menjadi, dan terkadan sering kali, basis tindakan kelompok. Weber menyatakan bahwa “situasi kelas” hadir ketika tiga syarat terpenuhi:
(1) Sejumlah orang memiliki kesamaan komponen kasual spesifik peluang hidup mereka sama, selama (2) komponen ini hanya direprensentasikan oleh kemungkinan ekonomi berupa penguasaan barang atau peluang untuk memperoleh pendapatan, dan (3) direprensentasikan menurut syarat-syarat komoditas atau pasar tenaga kerja. Inilah “situasi kelas”
(Weber, 1921/1968: 927)
Konsep “kelas” merujuk pada sekelompok orang yang ditemukan pada situasi kelas yang sama (George Ritzer, 2004;138). Kelas bukanlah komunitas, kelas hanya sebuah kelompok yang berada dalam situasi ekonomi atau situasi pasar yang sama.
Weber juga mendefenisikan kelas tidak semata berdasar kepemilikan sarana produksi layaknya Marx, melainkan kepemilikan segala macam kesempatan hidup yang dihasilkan oleh “kekuatan pasar” dalam masyarakat. Oleh sebab itu, ia mendefinisikannya dalam konteks kapasitas individual untuk meraih hal yang sepadan dalam menjual keahliannya di pasar dalam masyarakat.
Mengenai “situasi status” (status) idefinisikan Weber sebagai “setiap komponen tipikal kehidupan manusia yang ditentukan oleh estimasi sosial tentang derajat martabat tertentu, positif atau negatif” (Weber, 1921/1968: 932).
Status erat kaitannya dengan gaya hidup, maka tak heran jika menjadi patokan umum mengenai hal ini. Perbedaan antara kelas dengan status yakni, status  terkait dengan konsumsi barang yang dihasilkan, sementara kelas terkait dengan produksi ekonomi. (George Ritzer, 2004;138)
Gaya hidup atau status terkait dengan situasi kelas namun kelas tidak terkait satu sama lain: “Uang dan kedudukan kewirausahaan bukan merupakan kualifikasi status, meski keduanya dapat mengarah kepadanya; dan ketiadaan harta benda tidak dengan sendirinya membuat status jadi melorot, meskipun tetap dapat menjadi alasan bagi penurunan tersebut” (Weber, 1921/1968: 306).
Jika kelas hadir dalam tatanan ekonomi, dan kelompok status hadir dalam tatanan sosial, maka partai dapat ditemukan dalam tatanan politik. Bagi Weber, partai “selalu merupakan struktur yang berjuang untuk meraih dominasi” (dikutip dalam Gerth dan Mills, 1958: 195). Partai merupakan elemen yang paling teratur dalam stratifikasi Weber, karena cakupannya yang luas sehingga hal yang dicakup tidak hanya negara namun juga dalam klub sosial. Partai berorientasi pada diraihnya kekuasaan.


[1] Pip Jones, Pengantar Teori Sosial (Jakarta, 2009), hal.114
[2] Ibid
[3] Ibid. hal. 115.
[4] George Ritzer & Douglas J Goodman, (New York, 2004,) hal.136
[5] Ibid. hal. 137
[6] Pip Jones, Pengantar Teori Sosial (Jakarta, 2009), hal.116

Tidak ada komentar:

Posting Komentar